Suporter Indonesia, Paling Fanatik di Dunia!

Suporter Indonesia, Paling Fanatik di Dunia!

Saya menyaksikan secara langsung laga semifinal Piala AFF U-19 antara Indonesia versus Malaysia di Stadion Gelora Delta Sidoarjo. Sekitar 30 ribu suporter terus berteriak dan menyanyikan yel-yel untuk memompa semangat Garuda Nusantara. Berstatus sebagai tuan rumah dan didukung puluhan ribu suporter fanatik, Egi Maulana Vikri DKK masih belum mampu menjungkalkan timnas Malaysia U-19. Harimau Malaya Muda menang atas Garuda Nusantara lewat drama adu pinalti setelah 90 menit kedua tim bermain imbang dengan skor satu sama.

Nik Akif Syahrian, punggawa timnas Malaysia U-19 mengatakan bahwa suporter Indonesia sangat dramatis dan ramai sekali di stadion, suasana itu tak bisa dijumpai di negaranya. Saya yang ikut berjubel di tribun penonton pun merasakan gemuruhnya suporter Indonesia yang  sangat totalitas mendukung tim kesayangan.

Saya mengakui, Suporter Indonesia adalah suporter paling fanatik di dunia meskipun prestasi timnas kita memang belum menonjol. Saya yang terjun di stadion menyaksikan drama-drama. Penjualan tiket semifinal Indonesia Vs Malaysia yang sedianya akan dibuka pukul 08.00, dimajukan satu jam dan hanya sampai pukul 09.00 tiket dinyatakan habis. Padahal masih ada ribuan orang yang sudah antri namun belum kebagian. Akhirnya mereka kecewa, marah dan beberapa orang membuat kerusuhan dengan merobohkan pagar-pagar antrian.

Suporter Indonesia dalam mendukung perwakilan negaranya tak tanggung-tanggung! Jadwal antri tiket hari Kamis jam 08.00 namun sejak Rabu malam ribuan orang sudah ada di area luar stadion. Mereka memakai sarung, selimut, jaket untuk lembur pada malam hari demi pagi harinya sudah ada di barisan depan menuju loket. Ada yang membawa tenda dan tikar untuk tidur di dekat loket antrian. Jam 02.00 dini hari beberapa orang sudah bersiap siaga untuk memburu selembar kertas yang bernama tiket. Tiket ekonomi dibanderol Rp.50.000, utama Rp. 100.000 dan VIP Rp. 150.000. Beberapa tiket diborong oleh calo dan dijual dengan harga berlipat-lipat lebih mahal. Tiket ekonomi bisa dijual kembali dengan harga Rp. 100.000 hingga Rp. 250.000.

Orang-orang yang datang di atas jam 10.00 otomatis sudah tak punya kesempatan membeli tiket secara resmi. Pukul 10.00 hingga 13.00 masih berdatangan orang-orang yang mencari tiket namun wajah mereka nanar dan pucat ketika mendapati loket sudah tutup. Mereka masih berputar-putar di sekitar stadion menunggu keajaiban untuk bisa menyaksikan laga secara langsung di bangku stadion malam nanti namun keajaiban yang ditemui hanya calo yang menawarkan tiket dengan harga mencekik leher. Meski mahal, tetapi semua ludes terjual. Suporter yang tidak kebagian tiket hanya bisa pasrah dan ikhlas menonton di layar yang disediakan panitia di luar stadion.

Beberapa orang saya wawancarai. Tentu mayoritas yang hadir ke stadion Gelora Delta adalah warga Sidoarjo dan Surabaya. Ada pula yang datang dari Pasuruan, Jombang, Mojokerto, Malang, Semarang, dan lain-lain. Saya sendiri datang dari Jogja hanya demi mendukung timnas secara langsung. Pak Puji dan anak lelakinya dari Malang naik kereta dan antri tiket sejak pukul 02.00. Sihab beserta teman-temannya yang masih SMA, motoran dari Mojokerto ke Sidoarjo. Sihab DKK mengutus temannya untuk membeli tiket ekonomi dan mereka membayarnya dengan harga Rp. 70.000 mengingat betapa susahnya antri tiket yang berdesakan-desakan dengan ribuan orang sejak subuh. Arwani yang datang dengan pacarnya dari Semarang, begitu sampai Stasiun Kereta Api Sidoarjo langsung gegas ke stadion pada subuh dan berhasil meraih dua tiket ekonomi.

Pada hari itu Stadion Gelora Delta Sidoarjo penuh dengan manusia yang terpesona oleh sihir sepakbola. Para pedagang makanan dan minuman mendapat berkah karena dagangannya laris manis. Hal yang sama juga dirasakan pula penjual jersey timnas, syal, stiker dan segala aksesoris pendukung timnas. Namun sayang, panitia belum bisa mengendalikan kebersihan lingkungan stadion sebab banyak orang yang buang sampah sembarangan. Semestinya disediakan tempat sampah dengan jumlah yang memdai dan panitia sering warning agar suporter menjaga kebersihan demi kenyamanan bersama. Beberapa titik di stadion juga bau pesing karena banyak suporter yang kencing sembarangan. Mereka merasa tak masalah kencing sembarangan karena hal buruk ini dilakukan pada malam hari --saat begadang antri  tiket--, tak ada yang memergokinya. Saya pun menyaksikan dengan mata kepala sendiri ada beberapa oknum suporter pria yang kebelet buang air seni namun mereka mengucurkannya di stadion, di pinggir lorong masuk. Untuk ke depannya panitia harus menyediakan truck toilet/toilet portabel.

Suporter Indonesia benar-benar gila, luar biasa dan fanatik. Meski yang tanding adalah timnas junior namun dukungannya begitu antusias, totalitas dan membeludak. Semua lapisan masyarakat hadir ke stadion menyaksikan si kulit bundar yang akan diperebutkan oleh 22 pemain di mana 11 pemainnya adalah tim yang akan diteriaki dengan kalimat-kalimat dukungan dan sisanya akan disoraki dengan kalimat-kalimat tekanan yang menguji mental. Anak balita, anak SD, remaja, dewasa, pria-wanita semua berbaur dalam stadion memberikan dukungan, menyanyi, bersorak, berteriak, melakukan atraksi, berkoreografi dengan harapan timnas Indonesia menjadi lebih bersemangat dan mencetak banyak gol.

Harapan besar pendukung timnas benar-benar terasa menggetarkan mengingat lawan yang dihadapi ini adalah musuh bebuyutan. Salah satu suporter perempuan yang saya temui mengatakan, "Pokoknya aku mau nonton langsung di dalam. Apa lagi ini musuhnya Malaysia! Rasanya beda nonton di dalam sama di luar. Di dalam meskipun berdiri dan teriak-teriak terus gak kerasa capek!" Namun sayang ada beberapa oknum suporter yang meneriakkan yel-yel rasis pada tim lawan. Semangat yang membabi buta kadang membuat suporter tidak fair. Fokus dukung pemain kita dengan kalimat-kalimat positif dan tidak perlu mengancam tim lawan dengan sorak-sorai dan bahasa tubuh yang mencederai sportivitas.

Kita tahu suporter Indonesia sangat fanatik--sedunia. Langkah selanjutnya tinggal belajar mengendalikan emosi dan memanajemen agar bentuk-bentuk dukungan itu berjalan dalam koridor yang benar, elegan dan berdampak positif bagi permainan timnas. Mungkin teriakan suporter yang begitu menggelora kadang jadi beban bagi pemain kita sendiri dan merusak konsentrasi. Pemain malah jadi bermain grasak-grusuk, kurang tenang dan tergelincir melakukan kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.

Daripada membuang waktu dan energi untuk bersorak-sorak yang mengintimidasi dan menghina tim lawan lebih baik fokus menebarkan kalimat-kalimat positif yang membangkitkan semangat punggawa timnas kita. Kita tak perlu mengotori mulut dengan kata-kata kasar dan rasis. Mungkin tujuan suporter adalah ingin membuat down mental tim lawan, namun caranya sungguh tidak elegan. Mengacungkan jari tengah, mengacungkan ibu jari ke bawah ke hadapan muka tim lawan adalah cara premen kampungan, tidak cerdas, tidak kreatif!

Dukungan besar yang tidak terkontrol kadang membuat pemain kita jadi deg-degan, bermain tidak leluasa. Biarkan pemain tampil tanpa beban, fokus dan mengeluarkan semua kemampuan terbaiknya yang sudah diasah saat latihan. Pada gelaran piala AFF U-19 tahun lalu, kita bisa mengalahkan Filipina 9-0, Myanmar 7-1 (saat perebutan juara 3) namun saat jadi tuan rumah dengan dukungan ribuan suporter fanatik malah hanya bisa mengalahkan Filipina 4-1. Capaian baik tahun ini adalah bisa mengalahkan Vietnam 1 - 0, tahun sebelumnya kita yang kalah 3 - 0. Malah Myanmar yang dulu tidak juara tahun ini berhasil jadi Runner Up--lebih baik ketimbang Indonesia. Malaysia yang di babak grup hanya bisa bermain imbang dengan Timor Leste secara matematis bisa kita kalahkan, namun hasil di lapangan hijau berbeda. Para anak asuh Indra Sjafri seperti bermain kurang tenang dan berpengaruh pada performa permainan yang tidak maksimal. Alhasil tim asuhan Bojan Hodac mampu memenangi babak adu pinalti yang membuat timnas Indonesia menunduk kecewa. Malaysia berhasil mengalahkan 11 Garuda Nusantara beserta 30 ribu suporternya.

Melihat hasil semifinal yang tidak sesuai harapan, beberapa oknum suporter melempari lapangan dengan air-air dalam bungkusan plastik. Beberapa video yang beredar di YouTube mengatakan bahwa suporter Indonesia melampiaskan kemarahan dan kekecewaannya dengan melempari botol-botol minuman. Padahal yang dilempar ke dalam lapangan adalah air minum plastikan. Pihak keamanan saat ketat, melarang semua penonton membawa botol minuman meskipun itu dengan alasan sebagai bekal bila kehausan. "Mas, botolnya tidak boleh dibawa ke dalam (stadion) ya. Nanti dikhawatirkan dilempar-lempar ke dalam lapangan. Air minumnya pindah aja ke plastik ini," ujarnya padaku dan juga kepada semua suporter di pintu pemeriksaan. Aku yang sudah membawa botol air mineral 1,5 liter pun terpaksa harus dibuang dan hanya bisa membawa seplastik air.

Pada penyelenggaraan Piala AFF kali ini keamanannya sangat ketat. Kemungkinan buruk atau kerusuhan yang bisa saja dilakukan suporter sudah diantisipasi dengan sangat baik. Pemeriksaan barang-barang yang dibawa penonton benar-benar diperhatikan. Korek, benda tajam, botol akan dilucuti polisi. Begitu pula atribut-atribut yang berpotensi rasis akan disita. Karena larangan membawa botol ini, pedagang asongan pun tidak menjual minuman dalam bentuk botol. Mereka menjualnya dalam bentuk plastikan. Anehnya tetap laku keras karena banyak suporter yang tenggorokannya kering sebab terlalu sering berteriak. Tahukah Anda harga seplastik eh teh dibanderol Rp. 7.000, seplastik air putih dijual Rp. 5.000. Itupun airnya banyak yang dibuang dengan tujuan untuk melempari pemain Malaysia meski mustahil lemparannya tepat sasaran karena plastik bukanlah wadah yang ideal. Tindakan oknum yang melakukan pelemparan air ini termasuk tindakan yang berusaha mengancam tim lawan, tidak sportif, memalukan tapi hasilnya sia-sia dan mempertontonkan kebodohannya sendiri.

Banyak suporter yang menyayangkan insiden ini juga. Fanatik boleh saja, namun harus tetap elegan. Fanatik boleh, tapi harus kreatif, bukan anarkis. Suporter harus siap menerima apa pun hasil pertandingan tim yang didukungnya, baik memang atau pun kalah. Suporter harus bisa mengendalikan emosi. Urusan sepakbola jangan dikaitkan dengan sentimen lain yang tidak berhubungan dengan sepakbola. Memang ada beberapa suporter yang mengungkapkan bahwa mereka hanya emosi --berlebihan-- jika kalah oleh Malaysia, jika kalah oleh tim lain mereka bisa menerima. Buktinya saat babak penyisihan grup Indonesia dikalahkan Thailand namun suporter tidak berbuat brutal.

Sisi positif sepakbola Indonesia adalah memiliki suporter yang fanatik, yang mendukung tim kesayangannya seperti akan berperang mempertahankan kemerdekaan! Apa pun mereka perjuangkan! Suporter Indonesia adalah suporter yang tidak pernah bosan mendukung timnas meski timnasnya sering kalah. Entah tahun kapan timnas Indonesia akan meraih kejayaan dan diperhitungkan oleh warga dunia, suporter Indonesia tidak peduli. Mereka yakin suatu saat Indonesia bisa dan mereka terus akan memberikan dukungan fanatiknya hingga titik darah penghabisan.

Jogja, 15 Juli 2018

Komentar