INSPIRASI DARI PENULIS CILIK NAYA (RBBJ part 2)

INSPIRASI DARI PENULIS CILIK NAYA (RBBJ part 2)

Di Jogja, saya menemukan banyak inspirasi. Salah satunya bertemu dengan penulis cilik bernama Abinaya Ghina Jamila—panggilannya Naya. Sejak usia lima tahun Naya sudah lancar membaca. Sejak itu pulalah dia mulai suka menulis; puisi dan cerita. Saat usia tujuh tahun Naya sudah menerbitkan buku kumpulan puisi “Resep Membuat Jagad Raya.” Bukan sembarang karya, bukunya masuk nominasi 10 besar penghargaan sastra tingkat nasional.

Berkat buku puisinya inilah, Naya sering diundang ke berbagai kota Indonesia untuk membicarakan bukunya atau pun aktif dalam event-event literasi. Bahkan, buku Resep Membuat Jagat Raya ini juga dipamerkan ke luar negeri seperti Portugal dan Italia.

Saya pertama kali bertemu Naya dalam acara Sastra Anak di Taman Budaya Yogyakarta. Ibunya, Yona Primadensi, jadi salah satu narasumber. Beliau mengatakan, Naya sangat kecanduan membaca buku dan sering lupa waktu untuk aktivitas-aktivitas lainnya—namun ibunya sering mengingatkan. Naya sudah menamatkan banyak buku. Bukan hanya buku anak. Buku-buku tebal dan sastra serius juga dia baca, seperti Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa. Terakhir, saya melihat Naya membaca buku Intelegensi Embun Pagi-nya Dee Lestari.

Saya biasa bertemu Naya di toko buku di Kotabaru. Naya ini sangat akrab dengan semua karyawan toko buku dan kadang-kadang dia inisiatif mau membantu pekerjaan nyampul dan lainnya. Dia juga pintar menggambar. Hampir semua orang toko dia gambar dan gambaranya sangat mirip. Anak yang kini kelas 3 SD di Gondolayu ini juga pintar main rubik. Pernah dia memamerkan skill-nya, bisa menyusun rubik dengan mata terpejam.

Naya tumbuh jadi anak yang cerdas dan multi talenta tentu tak jauh dari peran orang tuanya. Terutama berkat sentuhan Ibunya yang juga seorang penulis. Ibunya yang punya bejibun koleksi buku, dia pilihkan dan berikan kepada anaknya untuk dibaca. Saat SD dulu, saya hanya membaca buku Pelajaran/LKS, RPAL, RPUL, Kamus dan Atlas menjadi merasa ‘gimana gitu’ saat tahu Naya sudah membaca buku-buku berbagai genre, termasuk buku-buku sastra dunia. Naya masih SD, saya mahasiswa, saya jamin jumlah buku yang saya baca kalah telak dengan apa yang telah dibaca Naya.

Membaca buku dengan rajin, terlebih membaca buku-buku pilihan, apalagi dimulai sejak dini sungguh benar akan meningkatkan kecerdasan seseorang. Contohnya adalah Naya. Aktivitas membaca buku berhasil membuat dia cerdas, percaya diri, selalu ingin tahu dan cepat mengembangkan skill (seperti menulis, menggambar, dll). Saat di TBY, saya melihat Naya dengan lucunya, membacakan puisi-puisinya di depan hadirin. Sangat menarik, menghibur dan mengundang tepuk tangan yang gemuruh.

Kali ini saya cantumkan salah satu puisi Naya yang terdapat dalam buku Resep Membuat Jagad Raya.

SAMPAH

Aku sebutir sampah dan menjijikan
Banyak lalat mendatangiku
Banyak orang membuangku di tempatnya
Tapi banyak juga orang membuangku sembarangan
Sampah seperti semut
Juga bisa seperti beruang
Jika dicium baunya membuat hidung sakit
Makanya aku akan selalu membuang sampah di tempatnya
Ingat, jangan buang sampah sembarangan.
Sayangi lingkungan.

Kagumku pada Naya semakin menebal. Sebab Puisi-puisi Naya berhasil tembus di surat kabar nasional. Hal ini pun susash dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa sastra atau mahasiswa jurusan lain yang tertarik sastra. Sedangkan Naya yang masih SD, mampu melakukan itu. Saya cantumkan salah puisi Naya yang terbit di Media Indonesia 10 Juni 2018.

DI BANGKU SEKOLAH

Sekolah itu tidak menarik
Hanya duduk dan belajar
Itu saja, tak menarik,
Tak ada. Jika terus seperti itu
Otak terbebani. Seperti filsuf
Penyair, cerpenis, esais,
Ada waktu menulis, membaca
Dan bermain. Di sekolah ada
Waktu istirahat, tapi belum cukup.
Anak-anak seperti orangtua yang dipaksa
Belajar. Soal-soal berada
Di atas kepala, berputar-putar,
Membuat kami bekerja keras
Memecahkannya. Anak-anak
Bingung seperti seorang yang
Tak tahu apa yang harus dikerjakan.
Seratus berada di depan mata.
Anak-anak gembira. Mengapa?
Apakah 100 tiket menonton
Di bioskop? Apakah 100 sekeranjang
Permen lolipop? Apakah 100
Kado istimewa saat ulang tahun?
Atau 100 hanya pujian dari orang dewasa?

Anak sekecil Naya, cewek, imut, manis mampu menulis dengan kritis dan punya imajinasi yang menarik. Buku-buku yang dia baca dan bimbingan orangtuanya sangat berperan dalam membentuk karakternya. Naya pun sempat seperti anak kecil lainnya yang suka bermain gadget dan nangis kencang bila keinginan mainan gadget-nya tetatp tak diperbolehkan ibundanya. Meski terjadi berkali-kali, ibundanya tetap berusaha menjauhkan Naya dari gadget dan selalu mendekatkannya dengan buku-buku. Lama kelamaan, Naya jadi terbiasa tanpa gadget dan ini berpengeruh positif bagi dirinya.

Dari kisah hidup Naya ini saya terinspirasi. Saya pun ingin adik saya, keponakan saya yang masih kecil-kecil mereka sebaiknya lebih dulu kenalan dengan buku dari pada kenal gadget. Mereka sebaiknya akrab dengan membaca buku, bukan akrab dengan  main game di gadget.

Ini juga jadi dasar saya yang semakin kuat membangun rumah baca (untuk umum) di kampung. Rumah Baca Babakan Juara, semoga bisa jadi tempat untuk belajar bersama yang asyik.

Jogja, 28 Juli 2018

Komentar