Tantangan dan Strategi Literasi Pedesaan

Halo, teman-temanku yang luar biasa. Lewat tulisan ini, saya akan mengulas cerita dan materi diskusi "Tantangan dan Strategi Literasi Pedesaan" di Padepokan ASA Wedomartani Ngemplak Sleman.

Acara ini berlangsung Ahad kemarin (18/12), dihadiri sekitar 40 orang dari Omip Liberty UIN Suka, FTBM Sleman, dan perwakilan komunitas lainnya.

Diskusi yang dimoderatori Ficky ini menghadirkan tiga narasumber yang semuanya keren, amazing, berdedikasi dan berprestasi di bidang pustaka.

Rakhmadi Gunawan (biasa dipanggil Mas Gun) dari Sanggar Bocah Jetis (SBJ) ambil bicara di kesempatan pertama. SBJ adalah taman baca yang berdiri pada 12 Agustus 2015. Kini (Desember 2017) punya koleksi 900 buku.

Kegiatan di dalam sanggar seperti baca buku, bedah buku, mendongeng, menggambar, dan bisa pinjam buku.

Kegiatan dibawah naungan SBJ lainnya seperti menjual tas lukis (karya warga) dan donat donasi (jual donat). Dua minggu sekali biasanya SBJ ada kegiatan "Minggu Berbagi": mendongeng dan santunan anak yatim.

Mas Gun sangat semangat dalam mengampanyekan gerakan literasi. Beliau sering membawa buku-buku ke rapat-rapat pemuda dan menyodorkan pada mereka (namun sambutannya kurang antusias). Menurutnya, buku yang hanya diam mengendap di rak itu kurang bermanfaat. Buku bisa dirasakan manfaatnya kalau dibaca sebanyak mungkin orang.

Mas Gun beberapa kali keliling kampung membawa buku dengan sepedanya untuk mendekatkan buku kepada orang-orang. Pada 18 Mei 2017 beliau melakukan "Gowes Smart", ngonthel dengan diboncengi beberapa tumpuk buku, menempuh jarak sekitar 50 KM dari Jetis Caturharjo menuju Candi Prambanan. Di sepanjang perjalanan beberapa orang bertanya, "dalam rangka apa?" Mas Gun menjawab dengan senyum, "kampanye minat baca."

Mas Gun yang juga ketua karang taruna ini juga menggerakkan dusun-dusun di sekitarnya untuk mendirikan TBM. Beliau berinisiatif meminjamkan sementara buku-buku koleksi SBJ kepada dusun yang akan dibangun TBM sebagai pancingan agar ada kegiatan dan nanti akan berdatangan bantuan-bantuan buku.

Tantangan literasi pedesaan bagi Mas Gun bukan lagi bagaimana cara mendatangkan buku sebanyak-banyaknya. Tapi bagaimana agar buku-buku itu sampai dibaca oleh orang-orang. Dan Mas Gun selalu berusaha tak kenal lelah "menyodorkan" buku-buku kepada orang-orang yang sedang berkumpul di keramaian/acara tertentu.

Mas Gun juga meminta bantuan temannya agar mendekorasi SBJ. Ruangan SBJ dengan interior dan dekorasi yang unik-menarik memancing anak-anak muda untuk datang. Meski awalnya tujuan mereka untuk selfie, setidaknya hal itu membuat SBJ atau taman baca dusun Jetis itu menjadi hits, terkenal, terekspos di media sosial.  Harapannya akan lebih banyak lagi orang yang mau datang ke SBJ, syukur-syukur mereka mulai mau membaca. Mas Gun adalah sosok yang kreatif, pekerja keras, berdedikasi, peduli pendidikan, cinta budaya dan cinta dengan desanya. Beliau yang mendapat beasiswa D1 jurusan Dalang di ISI ini sukses membawa SBJ menjadi Juara 2 Nasional Lomba Perpustakan Komunitas (2017).

*Bersambung.....

Komentar