Perpustakaan Jlegongan

(Sambungan Sanggar Bocah Jetis)
...

Gerimis tipis-tipis menemani obrolan diskusi. Teh hangat, kacang rebus dan pisang rebus menjadi cemilan para hadirin yang masih setia menyimak.  Kini Syaeful Cahyadi dari Perpustakaan Jlegongan, Seyegan, Sleman mendapat kesempatan berbicara.

Perpustakaan Jlegongan menampakkan dirinya pada Februari 2015, berawal dari momentum progam KKN UIN Sunan Kalijaga. Mahasiswa mengadakan kegiatan bimbel untuk anak-anak dan menghadirkan buku-buku untuk taman baca. Program ini membuat Syaeful terdorong lebih mengembangkannya lagi.

Awalnya Taman Baca Jlegongan bermarkas di Pos Ronda, kemudian berpindah ke rumah Syaeful. Tahun 2017 koleksi 700 judul buku, 200 diantaranya merupakan milik pribadi Syaeful.

Kegiatan di Perpustakaan Jlegongan seperti mengajari anak menulis dan membaca aksara Jawa, bimbel gratis bahasa Inggris, kelas alam raya, dan lain-lain.

Syaeful yang memposting beberapa kegiatan Perpustakaan Jeglongan ke media sosial ternyata menarik simpati teman-temannya. Teman-temannya berperan mendonasikan buku-buku. Lalu ada kelompok mahasiswa UII yang menyumbang buku. Saat ini juga ada beberapa buku dalam kardus yang belum dibongkar karena keterbatasan tempat. Teman Syaeful yang bekerja di Jakarta sebagai sopir Grab berujar, "kalau butuh bantuan apa-apa, bilang aja. Aku akan membantu semampuku." Mas sopir itu mengapresiasi Syaeful yang menggerakkan kegiatan positif di dusunnya. Setiap bulan dia selalu transfer ke rekening alumni mahasiswa UTY ini.

Awal berdirinya Perpustakaan Jlegongan dikelola oleh empat pemuda dusun, namun karena kesibukan masing-masing tiga pemuda mengundurkan dari kepengurusan sehingga Syaeful membuka kesempatan bagi pemuda luar desa untuk mendaftar sebagai relawan Perpustakaan Jlegongan.

Syaeful mengaku, karena mengelola Perpustakaan inilah dia menemukan tantangan dan keseruan yang baru. Dia yang sebelumnya yang tidak suka dengan anak-anak menjadi berubah. "Sebelumnya aku benci dengan anak-anak. Aku bosan dengan berisiknya bocah-bocah. Tapi sekarang malah suka. Jadi senang menemani mereka belajar dan berkreasi."

Hadirnya Perpustakaan Dusun atau TBM bukan hanya untuk tempat membaca buku  namun bisa untuk kegiatan-kegiatan strategis lainnya. Seperti pengelolaan dan pemantauan SDM, sebagai pintu masuk kegiatan bidang-bidang lain; desa wisata, posko bantuan bencana, kegiatan belajar mengajar, peningkatan kapasitas bagi orang yang terlibat di dalamnya. Demikian yang diuraikan pemuda yang banyak membaca buku-buku pergerakan ini.

Salah satu tantangan mengelola perpustakaan dusun ini adalah  relawan-relawan yang pergi atau sudah sibuk dengan kepentingan lainnya. Kurang dukungan dari masyarakat sekitar juga menantang kesabaran dan kreativitas Syaeful untuk terus mengembangkan kegiatan Perpustakaan Jlegongan. Untuk mengatasi itu, dia punya kesedian mau membumi dengan masyarakat, konsistensi dan selalu membuat kegiatan yang pas dengan kebutuhan masyarakat

Syaeful mendorong peserta diskusi untuk segera membuat TBM di desanya. Sebelum SDM dan SDA hilang sia-sia, sebelum lahan-lahan ditempati pembangunan kapitalisme. "Jalani saja dan temukan kejutan didalamnya," ujar pemuda yang pernah meraih penghargaan tali integritas KPK ini. Dia menambahkan, ketika sudah ada niat baik, nanti orang-orang baik juga akan berdatangan ikut membantu.
***

Komentar